Sabtu, 10 Desember 2011

Ilmuwan: Ada Puluhan Milyar Planet Serupa Bumi di jagad Raya

Ilmuwan: Ada Puluhan Milyar Planet Serupa Bumi di jagad Raya



WASHINGTON (Berita SuaraMedia) - Jagad raya ternyata diselimuti dengan planet-planet yang cocok jadi tempat mahluk hidup, ujar para astronom seperti diberitakan Dailymail.

Para ilmuwan yang meneliti bintang-bintang serupa dengan matahari menemukan bahwa hampir satu dari setiap empat bintang memiliki planet berbatu seperti bumi.

Banyak dari planet-planet tersebut ada di zona "Goldilocks" atau wilayah yang airnya tidak terlalu panas tetapi tidak juga terlalu dingin,

Temuan mereka menunjukkan bahwa kemungkinan ada puluhan milyar planet seperti bumi, ini pun hanya di galaksi kita - dan triliunan planet-planet di seluruh alam semesta, yang bisa dihuni.

Para ilmuwan menghabiskan lima tahun untuk meneliti 166 bintang-bintang yang berjarak hingga 80 tahun cahaya - atau 470 triliun mil dari bumi.

Planet itu sangat jauh dan terlalu kecil untuk dilihat secara langsung dengan menggunakan teleskop, jadi astronom meneliti bintang ketika mereka ditarik gaya gravitasi planet-planet.

Lewat cara ini, selama sata dekade terakhir, setidak-tidaknya 500 planet di luar sistem tata surya telah ditemukan.

Penelitian terbaru yang dilansir dalam jurnal "Science" itu, menemukan bahwa planet mirip bumi ternyata banyak.

Peneliti Dr Andrew Howard, mengatakan : `dari sekitar 100 bintang mirip matahari, satu atau dua memiliki ukuran planet seperti Jupiter, kira kira enam memiliki ukuran seperti Neptunus, dan sekitar 12 memiliki ukuran super dari bumi, antara tiga hingga sepuluh kali massa bumi.

"Jika planet yang dicari adalah antara satu setengah dan dua kali massa bumi, kami memprediksikan ada sekitar 23 untuk setiap 100 bintang,` tambah Dr Howard, dari Universitas California Berkeley.

Teknik itu hanya dapat mendeteksi planet yang mengorbit dekat bintang, jadi jumlah sebenarnya lebih banyak lagi.

Satu dekade lagi, metode baru pendeteksian planet dan teleskop yang lebih mumpuni dapat segera mengungkap lebih jelas planet-planet mirip bumi itu, ujar para ilmuwan.

"Hasil ini akan mengubah pandangan para astronom mengenai bagaimana planet terbentuk'" tutur peneliti professor Geoffrey Marcy, yang merupakan salah satu pemburu terdepan planet-planet.

Bulan lalu, para astronom mengumumkan penemuan dari planet yang paling menyerupai bumi - sebuah planet berbatu tiga kali lebih besar dari bumi, mengorbit pada sebuah bintang berjarak 20 juta tahun cahaya.

Planet itu tampaknya memiliki lapisan asmosfer, gaya gravitasi seperti di bumi - dan bisa jadi memiliki aliran air pada permukaannya. (ar/ant/ok/mi) www.suaramedia.com

Satelit NASA Masuki Batas Tata Surya

VIVAnews - Lebih dari tiga dekade setelah diluncurkan, satelit ruang angkasa Voyager 1 milik NASA sedikit lagi lepas dari tata surya. Ia kini telah memasuki kawasan baru yang letaknya ada di antara sistem tata surya dan ruang antar bintang.

Kawasan yang oleh para ilmuwan disebut sebagai ‘stagnation region’ itu berjarak hingga sekitar 113 astronomical units (AU) atau sekitar 16,9 miliar kilometer dari Matahari.

Voyager 1, yang kini berjarak 11 miliar kilometer dari Matahari telah menjelajah pinggir tata surya sejak 2004 dan mulai masuk ke stagnation zone pada awal pekan ini.

Meski begitu, satelit tersebut masih harus bertahan sedikit lagi sebelum ia benar-benar keluar dari tata surya. Dan jika berhasil, ia akan menjadi benda luar angkasa buatan manusia pertama yang tiba di interstellar space, atau ruang maha luas yang berada di antara bintang.

Menurut NASA, baterai milik satelit ruang angkasa buatannya itu hanya punya kapasitas yang cukup untuk memasok daya hingga 2020. Namun demikian, ilmuwan memperkirakan, Voyager 1 akan tiba di interstellar space sebelum baterainya habis. Diperkirakan, dalam hitungan bulan hingga beberapa tahun ke depan.

Pada ajang American Geophysical Union yang berlangsung di San Francisco, Ed Stone, Chief Scientist dari Jet Propulsion Laboratory NASA menyebutkan, pihaknya tidak bisa menentukan kapan Voyager 1 akan tiba di ruang tersebut.

“Kami tidak bisa menentukannya karena tidak ada pesawat ruang angkasa yang pernah pergi sejauh ini,” ucap Stone, seperti dikutip dari FoxNews, Selasa 6 Desember 2011. “Perjalanan masih terus berlanjut,” ucapnya.

Voyager 1, dan kembarannya yakni Voyager 2, diluncurkan pada 1977 dalam misinya menjelajahi planet-planet luar tata surya seperti Jupiter, Saturnus, Uranus, dan Neptunus. Setelah misi utama mereka tuntas, keduanya bergerak menuju interstellar space, namun menggunakan arah yang saling berlawanan.

Voyager 2, yang bergerak lebih lambat dibanding Voyager 1 kini berada di jarak 9 miliar kilometer dari Matahari. (art)
• VIVAnews

Jumat, 25 Maret 2011

PT DI Gandeng EADS-CASA Produksi Pesawat C295

Jakarta (ANTARA News) - PT Dirgantara Indonesia (Persero) bekerjasama dengan pabrikan pesawat asal Eropa, European Aeronautic Defense and Space (EADS)-CASA akan membuat pesawat militer jenis C295.
"Tahap awal kita akan menawarkan pembuatan pesawat jenis C295 ini untuk keperluan TNI yang akan mengganti pesawat jenis Fokker 27. Pesawat C295 merupakan jenis derivatif dari C235," kata Direktur Utama PT DI, Budi Santoso di Kantor Kementerian BUMN, Jakarta, Rabu.

Menurut Budi, kapasitas produksi PT DI untuk pembuatan pesawat jenis C295 bisa mencapai 12 unit per tahun.

Menurut Budi, PT DI sejak tahun 1974 ketika masih bernama Industri Pesawat Terbang Nurtanio (IPTN) sudah melakukan kerjasama dengan CASA, pabrikan pesawat asal Spanyol untuk membuat komponen, sebaliknya CASA membantu PTDI dari sisi permesinan.

Namun, ia mengakui kerjasama tersebut sempat terhenti pada beberapa periode.

"Belakangan kembali dilakukan kerjasama yang ditandai dengan pengalihan pabrik pesawat CASA dari Spanyol ke Bandung," ujarnya.

EADS tertarik merealisasikan kerjasama dengan PT DI karena ongkos produksi di Eropa lebih mahal ketimbang di Indonesia.

Ia menambahkan mulai tahun 2011 pihaknya akan memproduksi pesawat jenis C212 untuk memenuhi pesanan dari Thailand, Vietnam dan Korea Selatan.

Meski begitu Budi tidak merinci berapa besar biaya investasi pengadaan pesawat jenis C295 maupun jenis C212.

"Kami masih menunggu hasil penawaran pesanan dari TNI. Sedangkan modalnya akan dipenuhi oleh EADS," ujarnya.

Kerjasama yang didasarkan pada prinsip profit sharing tersebut, namun PT DI akan menyanggupi tingkat komponen dalam negeri (TKDN) hingga 40 persen.(R017/S006)


(Antara)

TNI Setuju Hibah Dua Skuadron F-16 A/B

REPUBLIKA.CO.ID,JAKARTA--Tentara Nasional Indonesia (TNI) menerima tawaran hibah dua skuadron pesawat tempur F-16A/B "Fighting Falcon" dari Amerika Serikat (AS).

Panglima TNI Laksamana TNI Agus Suhartono kepada ANTARA di Jakarta, Senin mengemukakan, proses persetujuan sudah disampaikan Kementerian Pertahanan dan kini menunggu konfirmasi dari pihak AS.

"Prosesnya sedang berjalan, sudah ditindaklanjuti juga oleh Kementerian Pertahanan dan saat ini kita menunggu konfirmasi lebih lanjut dari AS tentang persetujuan RI atas hibah tersebut," ujarnya.

Agus menuturkan, pertimbangan TNI menerima hibah dua skuadron F-16A/B Fighting Falcon itu dikarenakan lebih efektif dan efisien jika membeli enam pesawat sejenis yang baru. "TNI telah memprogramkan pengadaan enam pesawat F-16 yang baru dari AS pada 2014, yang lebih canggih. Namun, dari segi harga lebih hemat jika kita menerima hibah dua skuadron F-16 tersebut," katanya.

Dari sisi teknologi, lanjut Panglima TNI, ke-24 unit pesawat hibah itu dapat di-"upgrade" disesuaikan dengan teknologi terbaru setara dengan F-16 varian terbaru yakni F-16 C/D Block 52. "Sistem avioniknya kita 'up-grade', termasuk sistem persenjataannya, maka pesawat F-16 yang dihibahkan itu masih sangat 'mumpuni' sebagai persenjataan yang memberikan efek tangkal," katanya.

Bahkan, masa pakai pesawat F-16 yang dihibahkan itu masih bisa mencapai 20 hingga 25 tahun lagi. "Jadi, lebih efektif dan efisien kita menerima hibah itu, daripada membeli enam pesawat sejenis yang baru," paparnya.

Kepala Dinas Penerangan TNI Angkatan Udara Marsekal Pertama TNI Bambang Samoedro mengatakan, pihaknya berharap dengan hibah itu, TNI segera dapat memenuhi skuadron tempurnya secara maksimal.

"Dengan hibah tersebut, maka TNI Angkatan Udara dapat segera mendapat tambahan pesawat tempur, tidak harus menunggu hingga 2014. Ini kan baik untuk memberikan efek tangkal," katanya.

(Republika)

Brunei Akan Gunakan Kendaraan Tempur Buatan Indonesia

Jakarta (ANTARA News) - Menteri Sekretaris Negara, Sudi Silalahi mengatakan, pemerintah Brunei Darussalam berminat untuk membeli dan menggunakan kendaraan tempur dan beberapa jenis senjata buatan Indonesia.

"Mereka akan menggunakan produk-produk dalam negeri kita, khususnya kendaraan-kendaraan tempur dan persenjataan," kata Sudi Silalahi kepada wartawan setelah mendampingi Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dalam kunjungan kerja di Provinsi Kepulauan Riau, Minggu sore.

Sudi mengatakan, kerja sama pertahanan dengan Brunei itu adalah salah satu dari beberapa hasil kunjungan kenegaraan Presiden Yudhoyono ke Brunei Darussalam pada 24 Februari 2011, atau sehari sebelum presiden berkunjung ke Kepulauan Riau.

Menurut Sudi, kerja sama pertahan dengan Brunei itu sudah dinyatakan dalam penandatanganan nota kesepahaman.

Namun demikian, Sudi tidak menjelaskan jumlah dan spesifikasi alat pertahanan buatan Indonesia yang akan diekspor ke Brunei. Dia juga tidak menyebutkan tenggat waktu pelaksanaan kerja sama itu.

Pernyataan bersama Presiden Yudhoyono dan Sultan Hassanal Bolkiah yang disampaikan secara tertulis menyatakan, kedua negara juga sepakat untuk membentuk dan meningkatkan peran komite kerja sama pertahanan.

Kedua kepala negara optimistis, komite itu akan meningkatkan dan memperkuat kerja sama dan persahabatan antara Indonesia dan Brunei Darussalam.

Selain pertahanan, kedua negara juga sepakat untuk membina kerja sama di bidang pertanian, kebudayaan dan pariwisata, ketenagakerjaan, serta pendidikan.

Khusus untuk bidang pendidikan dan ketenagakerjaan, pemerintah Brunei bersedia membantu para tenaga kerja Indonesia dan anak-anak mereka untuk mendapatkan pendidikan yang lebih baik.

"Ada kesempatan peningkatan pendidikan bagi tenaga kerja, juga putera puteri tenaga kerja kita di sana mendapatkan pendidikan yang lebih baik," ucap Sudi Silalahi. (*)

(Antara)